Text Widget

Cerpen - Miniatur Rumah Dari Lidi


Karya : A'yunin Nadzifah
            Suatu hari waktu pramuka, Icha dan teman – temannya diberi materi tentang tunas kelapa oleh kakak pembinanya. Lalu, sebelum pulang kakak pembina mereka memberi tugas kepada mereka “Adik – adik, karena kita telah belajar tentang tunas kelapa, sekarang kakak ingin memberi tugas kepada kalian untuk membuat sesuatu hasil karya alias karya seni dari bagian – bagian pohon kelapa, terserah apa saja yang penting bernilai seni.” Lalu mereka menjawab “Iya kak...” “Kakak minta kalian membuat kelompok masing – masing 5 anak” sahut kak Tia yaitu kakak pembina mereka “Oke kak!” jawab mereka. Merekapun mulai membentuk kelompok, dan Icha satu kelompok dengan Ina, Mia, Alya dan Zahra.
            Keesokan harinya mereka berkumpul sepulang sekolah ditepi sungai dekat rumah Zahra. “Hmm kita buat apa nich?” kata Icha “Gimana kalau kita buat sapu lidi” jawab Zahra “MasyaAlloh Zahra.. kata kak Tia buat karya seni bukan sapu lidi.. haduh Zahra..zahra” jawab Ina.”Hehehe” sahut Zahra “Kalau buat mangkuk dari batok kelapa gimana? Nih aku dah bawa bahan – bahannya” tanya Alya “Boleh juga” jawab mereka “Kalau begitu ayo kita buat!!!” ajak Mia dengan penuh semangat “Ayo!!” jawab mereka.
            Setelah setengah jam, merekapun berhasil membuat mangkuk tersebut “Hmm enaknya di cat nggak ya?” tanya Mia “Dicat juga nggak papa soalnya aku juga sudah membawa catnya” jawab Alya. Setelah dicat kemudian mangkuk itu dijemur selama setangah jam. Sambil menunggu, mereka bermain – main dan memancing ikan ditepi sungai tersebut. Setelah kering, Zahrapun melompat – lompat sambil mengangkat mangkuk karya mereka karena kegirangan “ Ye.. ye.. ye.. ye.. mangkuknya sudah jadi, ye.. ye..” kata Zahra. Tiba – tiba, Zahra terpeleset ke sungai yang waktu itu arusnya sedang deras. Zahra dan mangkuk itu hanyut di sungai. Kemudian, mereka semua berusaha menolong Zahra dengan bergotong – royong, dan akhirnya Zahrapun terselamatkan meski sempat pingsan beberapa saat. Namun, mangkuk buatan mereka tidak terselamatkan. Setelah sadar, Zahra berkata “Ya Alloh.... teman – teman maafkan aku ya.. karena aku , mangkuk buatan kita hilang... tapi tenang teman – teman besok aku akan membuatkan gantinya yang lebih baik” “Sudahlah.. nggak usah difikirkan mendingan sekarang kita pulang buat Sholat Dhuhur dulu, besok kita fikirkan lagi karya kita” kata Icha “Oke deh...” sahut mereka.
            Keesokan harinya, Icha dan teman – temannya berkumpul di tempat yang sama, namun Zahra tak kunjung datang “Haduch.. Zahra kemana sich kok nggak datang – datang” kata Icha. “Iya.. nich kemana sich tuh anak lama- lama kita bakalan lumutan gara – gara ningguin dia” sahut Ina “Sudah – sudah kita sabar aja.. karena Orang yang sabar, pantatnya lebar” kata Mia “Disayang Tuhan kalee.. bukan pantatnya lebar..” sahut Alya “Hehehe bercanda.. biar kita nggak boring gara – gara nungguin Zahra” jawab Mia. “Nah, itu Zahra! Hai Zahra! Ngapain kamu senyum – senyum gitu?” kata Icha “Iya nich, ngapain kamu senyum – senyum gitu tau nggak sich kalau kita nungguin kamu sampai berlumut gini?” kata Alya. Lalu Zahra menjawab “Hehehe aku senyum begini karena aku telah membuat hasil karya yangn bagus.. tara..” Zahra pun mengeluarkan sapu lidi yang telah dibawanya. “Zahra, mau kamu apakan sapu lidi itu?” tanya Icha. “Ya nggak tahu aku, kita kumpulkan aja sapu lidi ini, gampang kan...” jawab Zahra “Zahra, kan aku sudah bilang kalau kata kak Tia itu buat karya seni, bukan sapu lidi..” kata Ina. Mereka terus mendebatkan sapu lidi yang dibawa Zahra Itu. Tiba – tiba Icha mempunyai ide yang kreatif “Bagaimana kalau sapu lidi itu, kita bongkar, lalu dipotong – potong , di lrm, kita jadikan miniatur rumah dari lidi?” “Boleh juga” kata Alya “Ide yang bagus..” kata Mia.

            Merekapun membuat miniatur rumah dari lidi – lidi tersebut. satu jam kemudian , miniatur rumah itu selesai dibuat “Ye.. ye..” kata Zahra “jangan....!” potong teman – teman nya “Zahra, jangan kau lakukan itu lagi, karena kita lelah membuatnya” sahut Icha “Hehehe iya iya...” Kata Zahra.
            Pada hari Jum'at berikutnya mereka mengumpulkan miniatur rumah tersebut dan merekapun mendapat nilai yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.